Pantun Bahasa Jawa Penutup Pidato: Meninggalkan Kesan Mendalam

Dalam budaya Jawa, pantun sering kali digunakan sebagai cara untuk menutup pidato atau sambutan. Pantun bahasa Jawa penutup pidato bukan hanya sekadar rangkaian kata-kata, tetapi juga mengandung makna yang dalam dan kadang membawa pesan moral atau humor. Pantun ini sering disampaikan di acara formal maupun informal, seperti acara adat, pernikahan, atau pertemuan resmi.

Pantun yang disampaikan dengan bahasa Jawa dapat memberikan nuansa kearifan lokal dan menambah kesan yang mendalam bagi pendengar. Berikut ini akan kita bahas beberapa contoh pantun bahasa Jawa yang bisa digunakan sebagai penutup pidato, beserta makna dan tips dalam menyampaikan pantun penutup yang tepat.

Mengapa Menggunakan Pantun Bahasa Jawa Penutup Pidato?

Penggunaan pantun sebagai penutup pidato memiliki beberapa manfaat, antara lain:

  1. Memberikan Kesan yang Baik
    Pantun yang disampaikan dengan tepat akan memberikan kesan yang positif dan menyenangkan bagi pendengar. Hal ini juga menunjukkan apresiasi terhadap budaya lokal.
  2. Memperkuat Pesan yang Disampaikan
    Melalui pantun, pembicara bisa menyampaikan pesan atau nasihat dengan cara yang ringan namun mengena. Pesan yang dibalut dalam bentuk pantun sering kali lebih mudah diingat oleh pendengar.
  3. Menambah Nilai Humor atau Sentuhan Emosional
    Pantun juga bisa memberikan sentuhan humor atau pesan emosional yang menyentuh hati pendengar. Dengan begitu, pidato akan berakhir dengan suasana yang hangat.

Contoh Pantun Bahasa Jawa Penutup Pidato

Berikut adalah beberapa contoh pantun bahasa Jawa yang bisa digunakan sebagai penutup pidato dalam berbagai acara:

1. Pantun Penutup Penuh Rasa Terima Kasih

Pantun ini cocok digunakan ketika kita ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada para hadirin yang telah mendengarkan pidato kita dengan baik.

Pindang iwak kuwe di pasar,
Ora lali tuku cendholan,
Matur nuwun kula aturaken sanget,
Mugi sedoyo kersa ngapunten.

Arti: Ikan pindang dijual di pasar, jangan lupa beli camilan. Terima kasih saya ucapkan, semoga semuanya berkenan memaafkan.

2. Pantun Penutup dengan Harapan dan Doa

Pantun ini bisa digunakan untuk menutup pidato dengan doa dan harapan yang baik bagi semua yang hadir.

Bunga melati kembange endah,
Sumilak wangi arum neng kebon,
Muga sedoyo tansah pinaringan berkah,
Sehat tentrem mugi diparingi Gusti Ingkang Kuwasa.

Arti: Bunga melati bunganya indah, mengeluarkan harum semerbak di taman. Semoga semuanya diberi berkah, sehat dan damai dari Tuhan yang Maha Kuasa.

3. Pantun Penutup yang Mengundang Tawa

Untuk menutup pidato dengan suasana santai dan humor, Anda bisa menggunakan pantun berikut.

Mbako disabet nganggo blarak,
Udane deres nganti teles kabeh,
Nek ana salah aja dimasarak,
Wong kita iki mung manungsa kang akeh salah.

Arti: Tembakau disabet pakai daun kelapa, hujan deras sampai basah semua. Kalau ada salah jangan disebar, karena kita ini hanya manusia yang banyak kesalahan.

4. Pantun Penutup untuk Acara Formal

Pantun ini lebih cocok digunakan dalam acara-acara resmi, di mana pesan penutup disampaikan dengan sopan dan berwibawa.

Gunung Semeru inggil rupane,
Dadi kebanggaan wong Jawa Timur,
Matur nuwun kula aturaken sanget,
Saged ketemu lain dino ing dalem asma Gusti.

Arti: Gunung Semeru tinggi rupanya, jadi kebanggaan orang Jawa Timur. Terima kasih saya ucapkan, semoga kita bisa bertemu lagi di lain hari dengan izin Tuhan.

Tips Menyampaikan Pantun Bahasa Jawa Penutup Pidato

Agar pantun yang disampaikan meninggalkan kesan yang mendalam, perhatikan beberapa tips berikut:

  1. Pilih Pantun yang Sesuai dengan Situasi dan Audiens
    Pilih pantun yang sesuai dengan tema acara dan audiens yang hadir. Jika pidato Anda di acara formal, pilih pantun yang lebih berkesan formal. Sebaliknya, untuk acara yang lebih santai, Anda bisa memilih pantun yang humoris.
  2. Gunakan Intonasi yang Tepat
    Intonasi sangat penting dalam menyampaikan pantun. Pastikan intonasi Anda sesuai dengan pesan pantun, apakah itu serius, haru, atau humoris. Gunakan nada yang sedikit ditinggikan di akhir kalimat untuk memberi kesan menarik.
  3. Perhatikan Pengucapan
    Bahasa Jawa memiliki nada dan dialek yang khas. Pastikan Anda mengucapkan kata-kata dalam bahasa Jawa dengan tepat agar makna pantun tidak berubah dan bisa dipahami dengan baik oleh audiens.
  4. Tersenyum dan Berikan Kontak Mata
    Sebelum menyampaikan pantun, tataplah audiens dan tersenyumlah. Ini akan membuat audiens merasa diperhatikan dan pantun yang disampaikan akan terasa lebih hangat dan bermakna.
  5. Berikan Penjelasan Jika Perlu
    Jika Anda berbicara di hadapan audiens yang tidak mengerti bahasa Jawa, berikan terjemahan singkat agar semua orang dapat memahami maksud pantun yang disampaikan.

Kesimpulan

Menggunakan pantun bahasa Jawa sebagai penutup pidato adalah cara yang baik untuk menyampaikan pesan dengan kesan yang mendalam. Pantun ini bisa memberikan suasana yang hangat, menambah nilai budaya, dan meninggalkan pesan yang mudah diingat oleh audiens. Dengan memilih pantun yang sesuai dan menyampaikannya dengan penuh penghayatan, pidato Anda akan berakhir dengan kesan yang positif dan berkesan bagi semua yang hadir.

Pantun-pantun ini tidak hanya memberikan hiburan tetapi juga membawa pesan moral, rasa terima kasih, dan harapan baik. Semoga contoh dan tips dari unesam.ac.id di atas dapat membantu Anda menyampaikan pantun penutup pidato dengan baik dalam acara berikutnya.

Leave a Comment